Selama beberapa dekade banyak pegiat olahraga berspekulasi bahwa perempuan lebih cocok untuk lari jarak jauh daripada pria karena rasio lemak tubuh yang lebih tinggi, dan diharapkan bahwa wanita memiliki 'sumber kalori’ yang lebih banyak. Terlebih lagi banyak wanita yang juga menggeluti kegiatan maraton dan diamati bahwa kesenjangan antara waktu terbaik maraton pria di dunia dan waktu perempuan terbaik di dunia telah terus mengalami penyusutan.
Dan fakta yang akan diungkapkan yakni sebuah temuan dari Tim Noakes, profesor ilmu olahraga di University of Cape Town, amat mengejutkan dan sekaligus menghentikan perdebatan pertarungan atletik antara laki-laki dan perempuan.
 “Pertanyaannya adalah: Akankah wanita lebih cepat daripada laki-laki dalam lomba maraton? Sang profesor menjawab: Sayangnya jawabannya adalah, kecuali mereka (wanita) menjadi laki-laki, tidak, mereka (wanita) tidak akan pernah melampaui laki-laki!”
Mengapa demikian? Ada beberapa spekulasi bertahun-tahun yang lalu, (1970-an), karena perempuan memiliki cadangan lemak yang lebih besar, mereka disinyalir memiliki ketahanan lebih baik dibandingkan laki-laki untuk lari jarak jauh. Beberapa tahun yang lalu sang profesor menulis makalah dan menyajikan kasus jika seorang pria dan seorang wanita berlari dengan jarak tempuh 42 kilometer dalam waktu yang sama, wanita cenderung unggul dengan rentang waktu satu jam lebih cepat.
Kemudian tim riset menyadari apa masalahnya, yakni pelari (bukan para profesional) yang terdiri dari pria dan wanita dengan ukuran tubuh yang berbeda. Tapi hal ini terungkap pada pengukuran atlet terbaik dunia, dengan acuan tubuh lelaki dan wanita yang memiliki berat hampir sama.
Pemegang rekor dunia perempuan di maraton memiliki massa tubuh 54 kg dan pemegang rekor dunia pria dengan massa tubuh sekitar 56 kg. Perempuan mendapatkan keuntungan sehubungan jarak yang lebih jauh, hanya karena dalam kasus ini perempuan memiliki lebih sedikit massa untuk bergerak. Tapi begitu keduanya memililki berat badan yang relatif sama, lelaki berjalan 10% lebih cepat. Sedangkan pada jarak antara 100 meter sampai 1000 meter, wanita secara konsisten lebih lambat dari lelaki berkisar antara 9% dan 11% . Bahkan, seandainya saja wanita dapat berjalan dalam jarak 100 meter secepat pria, wanita tidak akan mengalahkan laki-laki bahkan pada 1000 meter.
Sang profesor menambahkan, hal ini dikarenakan efek testosteron pada laki-laki. Sang pelari umumnya harus bergerak dalam 200 milidetik atau 300 milidetik untuk menerapkan kekuatan untuk mendorong melalui udara, sehingga diperlukan sepasang kaki yang sangat kuat.
Keterangan: Rekor dunia perempuan adalah 90 persen dari rekor dunia pria, pada lari jarak pendek, menengah dan jauh (Sumber: https://www.theatlantic.com/technology/archive/2012/08/we-thought-female-athletes-were-catching-up-to-men-but-theyre-not/260927/)
Paula Radcliffe, [yang pemegang rekor dunia dalam maraton perempuan], dengan massa tubuh adalah 54 kg, tidak memiliki kekuatan otot seperti yang pria miliki, inilah membeda hasil akhir antara pelari maraton pria dan wanita. Noakes beralasan, perempuan harus memiliki testosteron dalam tubuh selama 20 tahun untuk mengembangkan kekuatan yang pelari laki-laki miliki. Bahkan wanita yang menggunakan steroid pun, tetap saja tidak akan secepat pria.

Referensi: Awaken the Giant. Feri Sulianta. Leutikaprio. 2017